Senin, 14 Juni 2010

PENCERAHAN



Keris PB IV ini agak pendek, sekitar 32cm. Dhapurnya Sinom Robyong, dengan tinatah panjiwilis sak wedono simbang rojo (ada 3 garis mas). Keris ini dibuat oleh empu Brojoguno yang diperuntukkan pangeran ketika sunatan. Pamor keris ini menurut catatannya adalah pamor Ganggeng Kanyut.

Keris kagungan dalem ini bergelar Kanjeng Kyahi Dewabrata, turun temurun hingga terakhir menjadi koleksi kawan saya di Riau. Sebelumnya pernah dimiliki BPH. Sumodiningrat cucu Srisusuhunan Paku Buwana X.

Memilih keris akan lebih aman jika kita menguasai dahulu wujud atau eksoteri keris, barulah memahami apa yang ada dibalik keris tersebut.
Dalam kriteria wujud yang bagus yang paling utama gunakan penilaian TUH SI RAP dahulu.... barang yang tak utuh sudah berkurang nilainya, besinya juga harus bagus, setelah itu hayatilah garapnya.

Masalah isoteri itu subyektif... pemahaman paling tepat adalah mengerti maksud sang empu dalam mewujudkan karya tersebut. Pamor Ganggeng Kanyut merupakan ekspresi simbolisme dari sebuah harapan agar si pemegang menjadi seorang tokoh yang selalu teguh dalam keputusannya, dapat menjadi panutan dan selalu memberi pencerahan pada bawahannya. Ganggeng akarnya tetap menancap kuat sementara batang dan ujungnya melambai-lambai didera derasnya arus sungai. Sangat puitis... itulah empu kita...

Sementara Dhapur Sinom Robyong mengandung arti tumbuh dari asalnya daun muda menjadi dedaunan yang ngremboko (berhimpun)... cultural hope (budaya harapan yang positif thinking) sudah ditanamkan oleh para empu... ia telah mendahului motivator yang ada sekarang serta visualisasinya telah mendahului seni abstrak de Stijl di Belanda



Foto koleksi Hengki Joyopurnomo

Mantera yang merupakan seruan sanubari itu telah menjadi sebuah konvensi manusia dengan alam, menebarkan kekuatan semestawi menjadi sebuah manifestasi berkah, ketentreman dan kesejahteraan.

Ketika dalam sebuah ekstase, seorang empu mulai menggoreskan tantra. Ia merajahkan sebuah gambar yang belum ada dalam imajinasinya. Gambar yang lahir dengan “niatan” yang “tak berniatan”… dalam Zen Budhisme disebutkan “zero” … non doing… non agir.
Maka ketika ”zero” sebenarnya “ada”, proses spiritual ini yang menjadi konvensi manusia dan alamnya yang melahirkan sebuah penandaan baru… tanda rajah!

Rajah dalam bahasa Kawi artinya gurat tangan... sebuah tulisan, atau lukisan dari sebuah kehendak. Tentunya kehendak Sang Hyang Maha Kuasa. Ketika bayi lahir melihat dunia … disitulah manusia telah membawa kehendakNya, dan telah tergambar dalam rajah tangannya.

Sebilah keris sering menjadi bidang ekspresi sang empu dengan menggurat rajah.
Empu menuliskan pesannya sesuai apa yang telah menjadi perjanjian dengan alam semesta. Jika kita perhatikan empat gambar ”pamor rajah” dalam foto keris dibawah ini... maka pemaknaan ”isoteri keris” tergambar berupa rajah...



Isoteri sering dibayangkan sebagai kekuatan berfigur...(figuratif) sering menyesatkan.. namun isoteri juga sering dipahami sebagai Roh, serta pula dalam kalangan modern menterjemahkan isoteri dalam bahasa getaran elektro magnetik.

Isoteri bisa ada karena ”spiritualisasi” dalam pembuatan keris, bukan hanya keris tua jaman dahulu saja, namun spiritualisasi tetap berlangsung pada pembuatan keris seniman masa kini adalah karena adanya Subyek (seniman) yang melahirkan Obyek (keris) dalam sebuah prosesnya yang memiliki kehendak (intelektual).

Pamor Rajah ... menjadi sebuah pemaknaan yang sulit dimengerti namun ia memiliki sebuah arti semiotik sebagai gambaran proses kehidupan manusia.

Ibarat matahari dan cermin yang ”rot sinorotan – lik winalikan” saling daya-mendayai; ”ono hurip ono jodo lan ono pepesten”; ”ono loro ono tombo”... ada kelahiran ada jodo ada kematian; ada sakit ada obatnya... maka salah satu lambang pegiat bidang HIV-AID pun melukiskan pita yang tidak kita ketahui dari mana mereka mengadopsi. Namun itu yang pasti goresan itu sebuah lambang tentang keyakinan akan adanya kasih Sang Hyang Maha Kuasa... seperti dalam keris berpamor rajah.

Salam Budaya! TJ
                    ....Salam budaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar